30 Maret Peringati Hari Perfilman Indonesia, 'The Long March' Karya Pertama Anak Bangsa

BICARABERITA - Meskipun perfilman Indonesia sebenarnya sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda.

Namun, film Indonesia yang rilis pertama kali di tahun 1926 dibintangi oleh aktor dominasi Belanda dan Tiongkok. Sejatinya, film ini tidak menggambarkan citra bangsa Indonesia.

Pada tahun 1950, perfilman Indonesia dimulai kembali oleh sutradara Indonesia, Usmar Ismail dengan judul 'The Long March' atau 'Darah dan Doa', sekaligus menjadi karya pertama anak bangsa dengan aktor warga Indonesia juga.

Pengambilan gambar ini, pertama kali dilakukan pada 30 Maret 1950 sehingga melalui Keputusan Presiden RI Nomor 25 tahun 1999, hari tersebut ditetapkan sebagai Hari Perfilman Nasional. 

Baca Juga: Asal-Usul Istilah 'Bandung Lautan Api' dan Monumen Bersejarahnya

Tujuan dari ditetapkannya Hari Perfilman Nasional ini adalah mendorong anak-anak bangsa di Indonesia untuk menciptakan film-film baru dengan nilai pendidikan yang baik dan mencerminkan budaya bangsa Indonesia dan nilai-nilai luhur bangsa.

Dalam sejarahnya, Usmar Ismail pernah mendirikan Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) sehingga saat Usmar meninggal dunia pada 2 Januari 1971, namanya diabadikan sebagai nama gedung perfilman, yaitu Pusat Perfilman Usmar Ismail di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.

Film pertama 'Darah dan Doa' yang disutradarai Usmar Ismail berhasil sukses karena menggambarkan ideologi Indonesia yang gigih untuk memperjuangkan kemerdekaannya.

Baca Juga: Keren! TXT Kini Resmi Jadi Artis K-Pop Kedua Setelah BTS yang Berhasil Pecahkan Rekor Ini di Billboard

Karena itu, Usmar Ismail dikenal sebagai Bapak Perfilman Indonesia yang ditetapkan pada masa pemerintahan presiden BJ Habibie. Maju terus perfilman Indonesia.***

Baca terus berita-berita terkini melalui grup telegram kami di sini (https://t.me/bicaraberitacom), informasi terhangat dan terdepan, faktual dari bicaraberita.com dan juga follow kami di helo (https://s.helo-app.com/al/jhReZYUUTR).