BICARABERITA - Bulan Ramadhan akan segera tiba. Tak terasa, akhirnya kita dapat dipertemukan kembali dengan salah satu bulan yang penuh dengan keberkahan ini.
Bulan Ramadhan pasti identik dengan salah satu ibadah yang sering kita lakukan, yakni berpuasa. Namun, tahukah kamu bahwa kata "Puasa" memiliki asal-usulnya tersendiri.
Mengapa kata "Shoum" dalam bahasa Arab dinamakan dengan kata "Puasa" dalam bahasa Indonesia ? Simak penjelasannya berikut ini.
Puasa, dalam bahasa Arab berasal dari kata "Shoum" (dalam bentuk tunggal atau mufrod) atau bisa juga kata "Shiyam" (dalam bentuk jamak dan jamak taksir) yang artinya adalah proses menahan diri, mencegah, atau berusaha menjauhkan diri sesuatu.
Untuk di wilayah Indonesia dan beberapa wilayah rumpun melayu sekitarnya, kata "Shoum/Shiyam" disebut dengan kata "Puasa", atau dalam dialek jawa disebut dengan kata "Poso".
Kata "Puasa" sendiri berasal dari bahasa sansekerta yaitu "upa" dan "vasa/wasa" yang digabungkan menjadi "upavasa/upawasa" dan kemudian berubah menjadi "Puasa".
Upa sendiri memiliki arti yakni dekat atau mendekatkan diri. Sedangkan vasa/wasa memiliki arti yakni Yang Maha Kuasa atau Yang Maha Agung (Almighty).
Sehingga upawasa atau puasa ini memiliki makna asal yaitu sebuah cara untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa/Yang Maha Agung.
Sebenarnya, istilah upawasa atau puasa ini lebih ditujukan kepada ritual agama Hindu, untuk mendekatkan diri kepada Tuhan mereka. Hal ini bisa dianggap lumrah, karena sebelum datangnya agama Islam di indonesia pada zaman dahulu, beberapa wilayah di Nusantara dan sekitar rumpun melayu dulu umumnya beragama Hindu-Buddha.
Oleh karena itu, istilah bahasa sansekerta Hindu terkadang masih ada dalam bahasa Indonesia termasuk juga istilah kata "Puasa" ini.
Setelah memahami asal-usul atau istilah kata yang sudah disebutkan diatas, maka timbul pertanyaan-pertanyaan dari kalangan publik. "Mengapa para Da'i pada masa walisongo terdahulu lebih memilih menggunakan kata "Puasa" sebagai salah satu terjemahan dari kata "Shoum" atau "Shiyam" dalam bahasa dakwah mereka?"
Jawabannya adalah, karena hal ini bertujuan untuk memudahkan pemahaman bahasa, dengan menggunakan analogi yang hampir sama dengan asal kata "upawasa" atau "Puasa", yakni bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa.
Pendekatan ini juga sepertinya dilandasi dari firman Allah dam Q.S. Al-Baqarah ayat 183, yang menjadi pokok utama dalam perintah untuk ber-shiyam (berpuasa) dengan tujuan agar kita menjadi orang yang bertaqwa.
Setelah pemilihan istilah kata "Puasa" ini terasa lebih mudah untuk digunakan, diterima dan dipahami, maka barulah para Da'i tersebut menjelaskan bahwa puasa dalam agama Islam dilakukan dengan cara "menahan diri" dengan tidak makan, tidak minum, dan tidak berhubungan sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Harus menjaga diri dari berbagai macam kemaksiatan agar puasa kita tidak rusak dan seterusnya.***
Artikel Terkait
3 Tips Mengisi Soal Tes CPNS Berbasis Komputer yang Wajib Diketahui
Wajib Catat! 3 Tips Persiapan Peserta Tes CPNS 2023
Anti Bosan! 3 Tips Menarik untuk Remaja Agar Tetap Produktif di Rumah
7 Tips Menarik untuk Remaja dalam Menjaga Kesehatan Mental dan Fisikal
3 Tips Lebih Percaya Diri di Sekolah untuk Remaja
5 Tips Parenting untuk Menanamkan Kepercayaan Diri pada Anak Anda
Panggilan untuk Para Mahasiswa: 3 alasan Ini Bukti Bahwa IP Bagus Saja Tak Cukup!